“Raja Ampat adalah surga buat para penyelam.” Kata-kata itu terdengar diskriminatif sekali bagi mereka yangnon-diver. Kadang juga menyusahkan para diver yang ingin mengajak teman-teman mereka yang belum memiliki sertifikat menyelam untuk ke Papua. Tapi, hal itu bisa dihindari, dengan mengubah haluan kita ke bagian “tengkuk Cenderawasih” dari pulau Papua. Yup, disamping keindahan bawah lautnya yang tak jauh berbeda dari Raja Ampat, Teluk Cenderawasih memiliki pemandangan di atas permukaan air yang lebih beragam. Ada apa saja, ya?
Sebelumnya, mari kita berkenalan terlebih dahulu dengan Teluk Cenderawasih. Teluk seluas 1.453.500 hektare ini adalah Taman Nasional terluas di Indonesia. Saking luasnya, Teluk Cenderawasih dipecah menjadi delapan kabupaten dan ada bagiannya yang masuk ke propinsi Papua dan Papua Barat. (Catatan: kita tak perlu menjelajah ke seluruh areanya, dengan berkunjung ke beberapa bagiannya seperti ke pulau Yoop, Nusrowi, Mioswaar, Numfor dan Rumberpon kita sudah melihat pemandangan-pemandangan yang mewakili keseluruhan daerah Teluk Cenderawasih)
Untuk para penyelam, Teluk Cenderawasih menawarkan pemandangan terumbu karang, yang jika ditotal, memakan area seluas 70.000 hektare. Di sekitar pulau Rumberpon, ada bangkai pesawat tempur Jepang masa Perang Dunia II yang juga menarik untuk dikunjungi. Selain itu, ada 209 jenis ikan dan 4 jenis penyu yang tinggal di Teluk Cenderawasih. Pokoknya, tak akan habis-habisnya deh, kita memfoto objek-objek di taman laut ini.
Nah, bintang dari Teluk Cenderawasih sebenarnya adalah hiu paus. Ikan hiu ini memiliki tubuh sebesar paus, dengan panjang sampai 14 meter. Juga seperti paus, ikan ini hanya memakan binatang kecil dan sangat jinak. Para non-diver cukup beruntung, karena ikan terbesar di dunia ini sering juga berenang ke dekat permukaan laut dan sehingga bisa ikut dinikmati dari atas permukaan laut.
Tak berhenti di situ, non-diver juga akan dihibur oleh berbagai view lain. Misalnya, di pulau Numfor dan Mioswaar ada gua zaman purba. Di sini, banyak ditemukan kerangka manusia dari jaman pra-sejarah, lengkap dengan lukisan-lukisan karya mereka, piring antik dan peti berukir. Di Tanjung Manggar, terdapat gua di bawah air. Lelah berkeliling gua, kita bisa mencari mata air panas yang mengandung sulfur untuk melemaskan otot.
Di pulau Rumberpon, non-diver bisa pergi ke penangkaran rusa atau melakukan pengamatan burung. Jika beruntung, kita bisa mendapatkan foto burung Cenderawasih dengan pose yang elok. Oh ya, burung Cenderawasih juga bisa ditemukan di Yapen. Selama bird-watching, siapkan juga kameramu untuk menangkap momen-momen indah di hutan tropis Teluk Cenderawasih: sinar matahari yang menembus sela pepohonan, bukit-bukit yang menjulang, danau Paniai, dan lain-lain.
Jika semua potensi alam di atas sudah ditelusuri dan teman-teman diver-mu masih sibuk menyelam, cara terakhir yang dijamin tidak akan bosan-bosannya kamu lakukan adalah menelusuri pantai di Teluk Cenderawasih. Pantai-pantai di sini memiliki pasir yang putih, air yang jernih, dengan ombak yang tenang. Area pantai di Teluk Cenderawasih cuma sebesar 0,9% dari total wilayah ini, sih. Ya, kira-kira 500 kilometer, lah, hehe… Pantai yang paling indah bernama pantai Serui.
Nah, bagaimana? Teluk Cenderawasih cukup bisa menjadi pesaing berat Raja Ampat, kan? Makanya, yuk kita mulai memperpanjang itinerary kita ke Papua dan masukkan Teluk Cenderawasih ke dalamnya.
Keren
BalasHapushttp://allaboutpapua.blogspot.com/